Aku mencoba untuk merenungkan kembali berbagai persoalan hidup yang tak pernah lelah melilit jiwa ini, entah mengapa rasa dalam dada ini seakan berhenti berdetak. aku juga masih belum tahu mengapa harus seperti ini, apakah ini ujian atau hukuman dari Tuhan, atau memang Tuhan sengaja sedang menguji ketabahan dan keikhlasan yang sedang kujalani saat ini.
Mak aku tahu bahwa anakmu ini tak mampu mengusap air mata yang meleleh dan menetes tanpa mampu aku usap dengan tanganku, tapi aku sangat ingin untuk membuatmu tersenyum...ya membuatmu tersenyum, hingga senyum itu tersungging seperti rembulan purnama yang bersinar dimalam hari.
Celoteh malam ini hanyalah ingin menghibur anakmu, meski aku tahu bahwa mak tak perlu tahu dengan kondisiku hari ini, biarlah semua derita ini aku jalani sendiri, dengan tangisku yang tak bisa aku bendung dengan hiburan malam..mak semua aku yakini sebagai ujian dari Tuhan. Setiap saat, setiap detik, setiap jam, setiap hari, setiap minggu, bahkan seluruh situasi dan kondisi seringkali menghianatiku, hingga anakmu ini seperti tertindas dan terperangkap dalam buih yang sangat sulit untuk aku ungkapkan dengan kata-kata, karena semuanya hanya mampu aku rasakan sendiri sakitnya.
Meski hinggap pada dahan yang rapuh, kemudian terjatuh dalam gubangan yang penuh dengan ketidakpastian, namun semuanya harus bangkit meski langkah ini tertatih dan penuh dengan kerikil yang tajam, aku terus berjalan, walaupun cucuran air mata mengiringi langkah yang goyah, namun jiwaku begitu sangat yakin, bahwa ujian ini pasti akan terlewati, hingga tujuan ini akan sampai pada pelabuhannya.
Oh...Tuhanku hanya engkau yang maha tahu diatas segalanya, Jika semua pilihan ini adalah jalan menuju keridhoanmu, maka semuanya akan aku jalani dengan tabah dan ikhlas, tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan perjalanan ini, bercak-bercak darah inipun tak luput tertusuk kerikil...begitu sakit dan perih aku rasakan.
Mak aku begitu enggan untuk pulang, karena keberhasilan itu belum aku capai, aku berperang melawan diriku sendiri, hendak mengurangi hawa nafsu dalam jiwa, entah kenapa begitu berat dan godaan begitu kuat, sanggupkah diriku? aku masih belum tahu mak, hanya Tuhan yang maha tau diatas segalanya.
Salamku pada angin yang mendesir, aku meluapkan rinduku dalam jiwa..
Gelap ini kuyakini akan menuju terang..
Walau entah dimana kudapatkan..
Salam rinduku pada emak..
Maafkan anakmu..
Masih belum membahagiakanmu...
Karena buktinya aku masih belum apa-apa..
Mak anakmu ini masih semangat..
Dan tak ingin terucap kata menyerah, walau itu sepatah..