Kalian Jerat Aku Dengan Benang Sutra Kemewahan
Sunday, 26 May 2013
0
komentar
Ketika sang buah hati
terlahir pastilah keinginan besar sang ayah bunda mengharapkan yang terbaik
untuk anaknya,akan tetapi jalan manakah yang akan di pilih? Teka-teki masih
bergelayut dalam pikiran dan bayangan.
Ketika berumur 1-6 tahun adalah masa 2 kepekaan otak bawah alam sadar seorang anak
Orang tuaku sangatlah keras hingga ke bawa ke dalam bawah alam sadarku hingga dewasa masih melekat kuat, takut berucap,takut bertindak karena kerasnya seorang bapak dan ibu hingga membunuh semua kinerja otakku, dan masa-masa itu masuk kebawah alam sadar. Mereka masih mengikuti tradisi jaman dahulu tanpa memandang masa sekarang, aku tidak pernah di beri jalan untuk berkembang dengan segenap keinginan dan kemampuanku, pada akhirnya aku masih dianggap seperti anak kecil, yang harus dibiming untuk berjalan.
Apapun itu harus mengikuti apa kata orang tua, beruntung aku sekolah di pondok pesantren modern yang lepas dari lingkaran keluarga selama enam tahun, dalam perjalanan enam tahun itu aku dapat membuktikan bahwa aku bisa berkreasi dan otak pun mau bekerja keras sesuai keinginan hatiku, prestasiku dapat juara dengan kemampuan yang tinggi aku raih, mesi tak sempurna harapan, tapi apa daya ketika lulus aku harus berhadapan dengan mereka kembali, dan lagi-lagi aku ada dalam aturan yang tidak memungkinkan aku untuk berkembang, namun dengan usaha dan upayaku yang sangat keras untuk mengembalikan performa otakku sedia kala seperti waktu Smp/Sma tetap tak menuai hasil, orang tua mana yang menginginkan anaknya gagal dalam segala hal? jawabnya tidak ada, orang tua mana yang mau menyesatkan anaknya? jawabnya pun tidak ada. Akan tetapi ada orang tua yang membuat anaknya jadi tersesat dan gagal, keinginan keras demi orang tua pun sia-sia karena satu kata dari orang tua yang terucap kemudian itu fatal yaitu “ tidak mengikuti kata orang tua dan berbohong pada orang tua bisa ngak selamat”
Kembali lagi otakku tercemari dan harus dicuci sesuai keinginan mereka dengan dalih itu yang lagi-lagi mengganggu aktifitas otakku, kosentrasi pun buyar, okelah aku ikutin aturan mereka, namun aturan mereka membuatku seolah-olah kebingungan dalam berjalan,gelap terasa memandang jauh kedepan, karena bertentangan dengan segenap karakterku yang bias dikatakan sedikit liar untuk berkreasi, sedikit demi sedikit pun aku kasih penjelasan pada mereka dengan lemah lembut tapi mereka menolaknya dan menganggap aku mulai berani melawan titah orang tua yang harus menjadi raja, tanpa harus ada penolakan sedikitpun, bicara dan kurang ajar pada mereka, seiring waktu seperti itu terus berjalan seolah tanpa batas, selalu aku cari jalan agar performa otakku kembali semula, tapi itu hanya sia-sia belaka, dengan kerasnya mereka aku serasa buta masa depan, aku tidak dapat menentukkan masa depan mana yang aku pilih? serasa di depan itu gelap gulita, yang ada adalah menggantung pada mereka, rasa ketergantungan itu makin menjeratku pada lingkaran panas, “ kamu minta apa saja orang tua kasih asal nurut pada orang tua” ok, aku lakukan, demi kebutuhanku kuliah aku minta pada mereka, apa pun aku bicara pada mereka. Aku tidak sadarkan diri jika segala pemberian itu makin menjeratku, hingga masalah waktu pun terbatas untukku, aku rasa ruang gerakku makin di belenggu.
Bagaimana aku bisa berkreasi dan otakku mampu bekerja sebagaimana orang-orang yang berfikir jernih?...
Pertanyaan itu slalu
bersemayam di pikiran hingga memakan semua kemampuan fisikku dan jatuh
sakit,sakit pun masih di salahkan yang tidak nurut sama mereka lah,kesehatan
tidak dijaga lah,mereka bicara “ nak jangan terlalu banyak beban mikir,inget
kesehatannya” iya..tapi siapa yang mampu mengurangi beban pikiranku sedangkan
aku harus dan selalu memikirkan aturan yg mereka buat, kemudian aku jujurkan
pada mereka apa yg menjadi penat di otakku..tapi jawaban dan tanggapan mereka
menolak kejujuranku,cuman bisa bicara kalau orang tua itu paham prasaan
anak,orang tua itu peka tapi apakah itu yg disebut peka segala sesuatu yang ku
ungkapkan dianggap tidak sopan terhadap orang tua,hingga otakku bertindak tidak
terkontrol dan membuat sebuah keputusan “ apalah artinya kejujuran jika tidak
di terima?maka kebohongan itu lah kejujuran bagi mereka” aku jalani hidup ini penuh dengan kebohongan
pd mereka,dosa lah aku,tapi ALLAH MAHA MENGETAHUI SEGALANYA. Segala ucapan yg
keluar untuk mereka sedikit pun tidak ada unsur kejujuran,aku mulai lagi
menginginkan sebuah suasana dingin dg sebuah kejujuran yaitu soal pasangan
hidup, mereka melonjak tinggi dengan berkata “ awas ya jangan sampai dapat
selain kalangan kita sendiri,kalangan kita jg banyak yg lebih baik” tanpa ada
alasan yang benar-benar jelas dari mereka dan juga berkenaan dengan agama kemudian
muncul pertanyaan kenapa aku tidak boleh memilih jln hidupku sendiri…semakin
buta lah apa yg ada di depan hadapan ku ini. Tidak ada 1 pun dari saudara2 ku
yg mendukung aku dalam memilih jalan hidupku,seolah2 langkah2 ku mereka lah yg
menjalankan,
ungkit demi ungkit terjadilah perdebatan antara aku dengan saudara-saudaraku, ternyata
apa yg slama ini mereka beri hanya lah semata tuk memimpin langkahku,mereka
berkata “ kamu kurang apa orang tua berikan sama kamu?km minta apa saja di
beri,tapi begini caranya kamu berbalas budi?biaya orang tua untuk kamu gak
sedikit,kamu bisa beri apa ke orang tua? “ aku shock sekali dengan pertnyaan2
itu kata2 itu mematahkan sendi2 pergerakanku. Fatal sekali,jadi pemberian
mereka hanya lah senjata bagi mereka yg siap di luncurkan saat aku berdiri
tegak, lalu..jika tidak pada mereka aku meminta biaya hidup slama aku ada dalam
pendidikan kepada siapa lagi?apa kah itu yg disebut orang tua?lalu mana orang
tua ku yg bener2 ikhlas pada
anaknya?mendapatkan jawabannya sangat sulit. Aku hanya mencari dan berharap ada
seorang yg dapat mengulurkan tangannya kemudian menarik aku keluar dari lingkaran
itu. Dengan usia yg sedemikian masih dianggap anak kecil..
Tapi dengan kebohonganku pada mereka menghasilkan daya kerja otakku kembali,aku mendapatkannya,aku sedikit dapat bicara,yang awalnya ada di otak tapi tidak dapat di ucap namun dengan demikian sedikit demi sedikit otak dan hatiku mulai bekerja sama.
Aku terus berlari, lari
dan lari…trauma rasanya saat aada perkataan tentang kata2 keluarga..karena
keluarga aku lemah,karena keluarga masa depanku gelap,karena mereka juga
kesuksesanku tertunda yang tidak dapat diketahui hingga kapan.
TIDAK SEMUA KELUARGA ITU BENAR MENURUT PERSEPSI MEREKA, MESKIPUN WUJUDNYA BAIK.
By: Pein
By: Pein
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Kalian Jerat Aku Dengan Benang Sutra Kemewahan
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://sastrasurgawi.blogspot.com/2013/05/kalian-jerat-aku-dengan-benang-sutra_26.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Post a Comment