Tiada Hari Tanpa Menulis

Posted by Unknown Thursday, 23 May 2013 0 komentar
Bagikan Artikel Ini :
Hidup ini memang sudah terangkai dalam bentuk huruf-huruf yang digariskan oleh Tuhan, sehingga dalam ajaran agam pun hal ini disebut dengan takdir. Setiap inidividu telah menuliskan garis kehidupannya sesuai dengan persepsi dasar yang telah menjadi profesi dalam merangkai cerita dipanggung kehidupan ini.

Dalam perjalanannya, banyak cara dan strategi yang ditempuh oleh manusia, secara umum ada yang konsisten dengan apa yang diyakini untuk diwujudkan, dan ada yang tidak konsisten, karena beranggapan bahwa hal itu tidak akan terswujud, dan hanya bermukim dalam angan yang berbentuk impian semata.

Menjadi apa yang kita inginkan dalam bentuk persepsi dan keyakinan, kami rasa memang tidak mudah, apalagi untuk mewujudkan dalam dunia nyata yang bisa dirasakan oleh penulis, pembaca, dan yang pasti masyarakat umum untuk diajak merasakan manfaatnya, dengan membaca dan menulis, kita berusaha untuk menuangkan ide, gagasan, pemikiran, dan pesan untuk pembaca, sehingga manfaat tersebut bias dirasakan secara perlahan-lahan dan mendalam, dengan dikerangkai niat yang tulus dan dengan tujuan ikut serta mencerdaskan anak bangsa menuju kehidupan yang beradab.

Dengan menulis menjadikan diri lebih berkualitas, berpengetahuan, dan berjalan dengan obor kebenaran, walaupun tidak bias kita pungkiri, kalau bicacra kebenaran masih sama-sama mencari Kebenaran yang sesuai keyakinan dan terkoneksi dengan kehendak Ilahi Robby.

Tidak semua orang suka dengan profesi  penulis, apalagi gagasan-gagasan yang dituangkan cukup controversial untuk dikonsumsi oleh masyarakat umum, begitu pula argumentasi-argumentasi yang tertuang tersesbut ada indikasi mendiskreditkan salah satu kelompok, baik hal itu kelompok Orpol, Ormas, maupun tulisan yang mengarah pada tendesi kekuasaan.

Gagasan dan pendapat dalam bentuk tulisan menjadi sorotan tersendiri, baik tulisan tersebut berbentuk fiksi, non fiksi, maupun tulisan yang berbentuk faksi, karena pada hakekatnya huruf-huruf itu memiliki bentuk dan wujud yang bisa dibaca, dipahami, dimingerti dan pembaca merasakan langsung dari maksud dan tujuan dalam rangkaian huruf yang telah menjadi bait-bait yang menyatu menjadi paragrafh.

Kami akui tidak mudah menjadi seorang penulis professional, yang murni menuangkan gagasan beserta argumentasinya yang akurat, sebab penyajian data, peristiwa baik yang langsung maupun yang tidak langsung disusun menjadi kronologi tulisan.

“Tiada Hari Tanpa Menulis”, merupakan hal ikhwal bagi kami untuk terus aktif menulis dalam konstek situasi dan kondisi yang berbeda, karena kami masih berkeyakinan, bahwa sesuatu yang kami kerjakan tanpa adanya istiqomah, maka sesuatu yang kami harap dan kami dambakan tidak akan pernah terwujud dalam kehidupan ini.

Barangkali inilah jalan hidup yang menjadi pilihan, meski hari ini kami tidak mendapatkan upah yang melimpah ruah, dan masih belum juga meraih kesuksesan, seperti penulis-penulis besar lainnya, tetapi hal ini sebagai ladang untuk belajar, mengasah diri, mempertajam analysis, dan terus memantau perubahan demi perubahan dalam konstek social, baik dalam bangunan budaya, ekonomi, politik, birokrasi, social-kultur dan seterusnya.

Dengan demikian catatan kecil yang kami rangkai menjadi sebuah karya, baik itu fiksi, faksi, maupun non fiksi, pada kenyataannya hal ini adalah bagian dari proses diri untuk belajar dan menjadi insane paripurna yang bermanfaat dan memiliki manfaat baik untuk diri sendiri, keluarga, dan tentu saja bagi masyarakat secara umum.


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Tiada Hari Tanpa Menulis
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://sastrasurgawi.blogspot.com/2013/05/tiada-hari-tanpa-menulis_23.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Post a Comment

Kategory

Flag Counter

Followers